1. Cara Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang Beton
· Tiang beton lebih dahulu dicor sesuai dengan gambar/spec yang ada, baik dimensinya, ukuran besinya serta mutu betonnya.
· Letak serta posisi pengecoran tiang, agar ditetapkan supaya mudah dalam pemindahan untuk keperluan pelaksanaan pemancangan.
· Letak serta posisi pengecoran tiang, agar ditetapkan supaya mudah dalam pemindahan untuk keperluan pelaksanaan pemancangan.
· Penumpukan
atau pengecoran tiang pancang beton untuk pemancangn di laut (dermaga),
sebaiknya posisinya sejajar dengan pantai untuk memudahkan transportasi
tiang ke laut.
· Selama proses pengerasan, beton harus dipelihara dengan pemberian air seperlunya
· Setelah beton berumur 28 hari atau telah mencapai kuat desak yang dipersyaratkan maka tiang pancang baru boleh diangkat.
a. Cara Mengangkat Tiang Beton
Untuk
tiang baja atau kayu tidak ada persoalan dalam pengangkatan, tetapi
untuk tiang beton, walaupun telah mencapai kuat desak 28 hari, perlu
diperhatikan untuk mencegah agar beton tidak retak atau patah saat
pengangkatan.
Lokasi
dari titik angkat, menentukan besar kecilnya momen yang timbul akibat
dari berat sendiri tiang. Di bawah ini dapat digambarkan momen maksimum
yang terjadi sesuai dengan letak titik angkatnya.
b. Pemancangan Tiang Beton
· Titik-titik
pancang ditetapkan dengan tanda-tanda patok, yang pemasangannya
dilakukan melalui pengukuran berdasarkan gambar yang ada (titik pancang
di darat).
· Titik-titik pancang yang ada di laut atau sungai, di pedomani dengan titik-titik ukur di darat.
· Tiang pancang sebelum dipancang diberi garis-garis strip 10 cm pada bagian atasnya, untuk keperluan pengamatan settlement terakhir
yang diperlukan ( misalnya bila sepuluh pukulan terakhir penurunanya 10
cm, berarti kedalaman pemancangan dianggap cukup).
· Ditetapkan
nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, sedemikian agar tiang
yang sudah selesai dipancang tidak mengganggu proses pemancangan tiang
berikutnya.
· Khusus
untuk tiang pancang yang cukup rapat dan menyebabkan large soil
displacement, untuk menghindari heaving dari tiang yang sudah dipancang,
urutan pemancangan harus dari tengan ke arah luar. Tiang pancang yang
menyebabkan large soil displacement adalah yang berbentuk masif atau
pipa dengan ujung tertutup (close ended).
· Bila karena panjang desain tiang melebihi tinggi alat pancang, maka pemancangan dapat menggunakan tiang bersambung. Dalam hal ini penyambungan tiang harus segera dilakukan sebelum tiang bagian bawah bekerja gaya jepitnya.
· Bila karena panjang desain tiang melebihi tinggi alat pancang, maka pemancangan dapat menggunakan tiang bersambung. Dalam hal ini penyambungan tiang harus segera dilakukan sebelum tiang bagian bawah bekerja gaya jepitnya.
· Setiap
tiang pancang harus dibuat laporan proses pemancangannya meliputi:
panjang tiang yang masuk kedalam tanah, jumlah pukulan dan penurunannya.
2. Pondasi Tiang PancangPipa Baja
Tiang
pancang baja pada dasarnya sama dengan tiang pancang beton. Hanya tiang
pancang baja, memiliki beberapa keuntungan dibanding beton, yaitu:
· Lebih mudah cara pengangkatannya
· Fabrikasinya lebih cepat
· Lebih ringan
Sedang kelemahannya dibanding beton adalah sebagai berikut:
· Memerlukan anti karat (sand blasting, pengecatan)
· Lebih mahal
· Memerlukan tukang las yang qualified, untuk pekerjaan penyambungan tiang.
Proses fabrikasi tiang pancang pipa baja dapat dijelaskan sebagai berikut:
· Arus
kegiatan pengadaan tiang yang siap dipancang (sudah disambung, disand
blast dan cat), diatur mulai dari stok pipa baja, penyambungan pipa,
sand blasting, pengecatan dan terakhir penampungan tiang yang siap
dipancang.
· Anjang-anjang tempat penyambungan pipa (fabrikasi), kereta rel dan tempat pengecatan, harus sama tinggi untuk memudahkan pemindahan pipa. Sedang tingginya ditetapkan yang cukup untuk kegiatan pengelasan, sand blast dan pngecatan.
· Anjang-anjang tempat penyambungan pipa (fabrikasi), kereta rel dan tempat pengecatan, harus sama tinggi untuk memudahkan pemindahan pipa. Sedang tingginya ditetapkan yang cukup untuk kegiatan pengelasan, sand blast dan pngecatan.
· Bila panjang tiang pancang bervariasi, maka tiang yang akan dipancang terlebih dahulu, harus diselesaikan lebih awal.
· Tiang baja untuk dermaga atau fondasi pilar di sungai, selain pengecatan juga perlu dilindungi dengan anti karat, sistem cathodic protection.
3. Pondasi Tiang Kayu
Pada
zaman dahulu, pada waktu sumber daya kayu masih melimpah dan belum ada
batasan, banyak digunakan fondasi tiang kayu. Biasanya kayu yang
digunakan adalah kayu jenis keras, seperti kayu besi, kayu ulin, yang
tersedia banyak di hutan daerah sumatera, kalimantan, sulawesi , papua.
Ciri kayunya berwarna gelap kehitamana, den memiliki berat jenis lebih
dari satu (kayu ini tenggelam dalam air). Penggunan tiang kayu sebagai
fondasi, biasanya untuk bngunan-bangunan besar seperti jembatan, gedung
bertingkat, dan dermaga.
Untuk
jenis tanah yang biasa, fondasi tiang kayu ini sama dengan bahan lain,
yaitu baja dan beton. Tetapi untuk daerah yang jenis tanahnya lembek,
seperti di kalimantan barat, kalimantan selatan, sumatera selatan,
sering digunakan struktur fondasi tiang kayu konvensional yaitu dengan
menggunakan pengunci (kancing), untuk tiap tiang. Memang struktur ini
sulit untuk diperkirakan kekuatan daya dukungnya, tetapi dalam
kenyataanya struktur ini sudah lama digunakan di daerah kalimantan
barat.
4. Jenis-Jenis Alat Pancang
Fungsi
dari alat pancang adalah untuk memberikan energi yang dibutuhkan untuk
memasukkan tiang sampai kedalaman yang dikehendaki.
Alat pancang didesain atas beberapa tipe dan ukuran atau kapasitas.
Beberapa tipe tersebut adalah:
· Free drop hammer
· Steam hammer
· Diesel hammer
· Vibratory hammer
Ukuran/
kapasitas dari drop hammer ditentukan oleh beratnya hammer, sedang tipe
yang lainnya ditentukan oleh besarnya energi per blow, satuannya dalam
kgm. Agar alat-alat pancang tersebut dapat melaksanakan pemancangan
tiang, maka perlu dilengkapi dengan peralatan, yaitu:
· Leader, dengan pipa atau rangka baja
· Pemegang leader, dengan kaki tiga atau crane.
5. Beberapa Masalah Pemancangan
Pada
saat pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang, ada beberapa
masalah yang timbul, di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut:
a. Pergerakan Tanah Pondasi
Karena
pemancangan tiang, tanah pondasi dapat bergerak, karena sebagian tanah
yang digantikan oleh tiang akan bergeser, dan sebagai hasilnya
kadang-kadang terjadi bahwa bangunan-bangunan yang berada didekatnya
akan bergerak dalam arah mendatar maupun dalam arah vertikal, tergantung
pada kesempatan yang dimilikinya.
Gambar
tersebut memperlihatkan keadaan dimana pondasi tiang suatu bangunan
pabrik yang telah dipancang sebelumnya bergerak dalam arah mendatar
akibat adanya tiang-tiang yang dipancangkan sebelumnya itu ternyata
bergerak 6-7m, dan dengan sendirinya dapat diduga bahwa tiang tersebut
terjadi momen lentur yang cukup besar, maka tiang-tiang ini digali dan
terbukti telah terjadi retak-retak pada tiang tersebut.
Tanpa
mengurangi penghargaan terhadap tiang pancang seperti yang telah
dibahas diatas, kita perlu mengumpulkan segala daya yang memungkunkan
dalam pembangunannya, sehingga selain tidak terjadi peralihan tempat
(displacement) pada tanah pondasi atau bangunan di dekatnya tetapi juga
takkan terjadi keganjilan-keganjilan pada tiang yang dipancangkan.
Sebagai contoh pernah terjadi tiang pancang yang dipancangkan pada suatu
lereng (slope) justru menimbulkan kekosongan pada lereng tersebut.
b. Kerusakan Tiang dan Ukuran Penahan Kerusakan Tersebut
Pemilihan
ukuran dan mutu tiang didasarkan pada kegunaannya dalam perencanaan,
tetapi setidak-tidaknya tiang tersebut harus dapat dipancangkan sampai
ke pondasi. Jika tanah cukup keras dan tiang tersebut cukup panjang,
tiang tersebut harus dipancangkan dengan penumbuk (hammer) yang cukup
kuat terhadap kerusakan akibat gaya tumbukan hammer tersebut.
Pada
ganbar tersebut diperlihatkan berbagai macam bentuk kerusakan pada
tiang, dan perlu diperhatikan disini bahwa kerusakan pada tiang beton
sering diakibatkan oleh tegangan tarik atau tegangan geser.
Dalam
hal ini kepada tiang ataupun ujung tiang dapat dibentuk sedemikian rupa
sehingga mampu memperbesar ketahanan tiang tersebut. Gambar tersebut
memperlihatkan bentuk ujung tiang pipa baja, dan tiang beton prategng,
berturut-turut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa daya dukung tiang
pancang dapat berkurang walaupun pemancangan menjadi lebih mudah,
tergantung pada perubahan bentuk ujung tiang tersebut.
c. Penghentian Pemancangan Tiang
Dalamnya
pemancangan pada saat pemancangan tiang dapat dihentikan menurut
prinsip 2-3 kali panjang diameter tiang diukur dari batas lapisan tanah
pendukung atau sekitar 2-3 meter. Karena tebal lapisan pendukung
berbeda-beda di setiap tempat, maka pemancangan yang diakibatkan oleh
gaya tumbuk sampai kedalaman yang diisyaratkan atau direncanakan seperti
di atas harus dihindari.
Untuk
tiang beton prategang sulit sekali memancangkan tiang tersebut sampai
sedalam lebih dari 2m pada lapisan berlempung yang mempunyai harga N
yang lebih besar 10-15; atau pada lapisan berpasir yang mempunyai harga N
> 30.
Untuk
tiang pipa baja sulit sekali memancangkan tiang tersebut sampai
kedalaman 2m pada lapisan berlempung yang mempunyai harga qu lebih besar dari 10 kg/cm2
(harga N sekitar 10-15).bila lapisan tanah pendukung tidak begitu
tebal, pemancangan tiang dapat dihentikan pada kedalaman sekitar
setengah dari tebal lapisan tanah pendukung tersebut.
Bila
suatu tiang pancang yang ujungnya terbuka dipancangkan ke dalam tanah
pondasi dan hampir-hampir tak mungkin bagi kita untuk mengetahui kapan
ujung tiang mencapai lapisan pendukung, maka suatu batang melintang yang
terdapat pada tiang tersebut akan mempermudah mencapai lapisan
pendukung, karena segera setelah ujung tiang menembus lapisan pendukung,
derajat penetrasinya akan menurun secara tiba-tiba. Begitu lapisan
pendukung bagi tiang pipa baja tercapai, biasanya harga N untuk lapisan
pendukung akan lebih besar dari 30 untuk lapisan berpasir atau lebih
dari 20 untuk lapisan berlempung.
d. Pemilihan Peralatan
Alat
utama yang dipergunakan untuk memancang tiang-tiang pracetak adalah
(hammer) dan (tower). Untuk memancangkan tiang pada posisi yang tepat,
cepat dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih
dengan teliti agar sesuai dengan keadaan di sekitarnya, jenis dan ukuran
tiang, tanah pondasi dan perancahnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan penumbuk adalah kemungkinan pemancangannya
dan manfaatnya secara ekonomis. Karena dewasa ini masalah-masalah
lingkungan seperti suara bising atau getaran tidak boleh diabaikan, maka
pekerjaan seperti ini perlu digabungkan dengan teknik-teknik pembantu
lainnya, walaupun sebelumnya telah ditetapkan salah satu cara
pemancangan tertentu. Sifat dari berbagai penumbuk (hammer)
diperlihatkan dalam tabel. Hal ini perlu diperhatikan dalam memilih
jenis penumbuk tersebut.
6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Agar pemancangan dapat kita laksanakan dengan hasil sesuai yang kita harapkan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Titik-titik
pemancangan yang tepat. Bila pemancangan di darat dapat dipasang
patok-patok pada titik pemancangan, tetapi bila pemancangan di laut,
maka titik-titik pancang diarahkan dengan titik-titik tetap di darat
dengan bantuan theodolite.
· Batas-batas toleransi yang diperkenankan tidak boleh dilampaui, baik pergeseran horizontal maupun kemiringannya.
· Nomor urut pemancangan dri titik-titik pancang.
· Pemancangan
harus dihentikan pada saat-saat yang tepat. Bila tiang sudah tidak
dapat lagi dipancang masuk, maka pemancangan harus segera dihentikan,
agar tiang tidaj rusak/patah. Sebaliknya bila tiang masih dapat masuk
dengan mudah walaupun elevasi rencana telah tercapai, maka harus
dihentika sementara untuk keperluan penyambungan tiang.
· Siapkan dan tetapkan jenis struktur penyambung tiang pancang, termasuk peralatan yang diperlukan seperti misalnya alat las.
7. Prosedur Proses Pemancangan
Pertama tim surveyor menentukan titik-titik dimana tiang pancang akan diletakkan, penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi
yang telah ditentukan oleh perencana. Jika sudah fix titik mana yang
akan dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang sudah bisa
dilakukan.
Peralatan
dan Bahan yang harus disiapkan untuk pekerjaan tiang pancang antara
lain Pile (tiang pancang), Alat Pancang (dapat berupa diesel hammer atau
Hydrolic Hammer), Service Crane.
Proses
pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk dipasangkan
ke alat pancang menggunakan service crane. Dengan Service crane tiang
dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang sudah berada
tepat diarea titik pancang.
Service
Crane yang sedang Mengangkat Tiang Pancang
Setelah
Pile Terpasang dan posisi alat sudah berada pada titik pemancangan,
maka pemancangan siap dilakukan. Alat pancang yang digunakan dapat
berbeda - beda jenisnya. Seperti Diesel Hammer atau Hydraulic Hammer.
Beda keduanya adalah Diesel Hammer bersifat memukul sehingga pasti
terdengan suara bising.. dueng..duengg..dueng... dan terkadang
meminbulkan getaran, getaran ini dapat mengakibatkan bangunan disekitar
menjadi retak jika jarang antara bangunan dan daerah pemancangan terlalu
dekat, sementara itu hydraulic hammer bersifat menekan, jadi pengaruh
suara dan getaran relatif kecil. Bedanya yang lain adalah penggunaan
Hydraulic hammer lebih mahal.
Proses
Pemancangan
Pemancangan dihentikan jika sampai
mencapai tanah keras, indikasi jika pemancangan sudah mencapai tanah
keras adalah palu dari hammer sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap
alat pancang sudah ada ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu
maka segera dilakukan pembacaan kalendering.
Pembacaan
ini dilakukan pada alat pancang sewaktu memancang. Jika dari bacaan
tinggi bacaan sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka pemancangan
sudah siap dihentikan. Itu artinya tiang sudah menencapai titik tanah
keras, tanah keras itulah yang menyebabkan bacaan kalenderingnya kecil
yaitu 1 cm atau kurang. Jika diteruskan dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan pada tiang pancang itu sendiri seperti pada topi tiang pancang
atau badan tiang pancang itu sendiri. Pembacaan 1 kalendering dilakukan
dengan 10 pukulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar